RESUME
PELATIHAN
KEPEMIMPINAN MAHASISWA
UNIVERSITAS
NEGERI JAKARTA
2015
PKMU
1 2015 – LEADING THE CHANGE
Jakarta – Departemen
Dalam Negeri ( Dagri ) merupakan salah satu departemen BEM UNJ pada hari jum’at
(17/4) mengadakan PKMU 1 yang bertempat di Kampus D Psikologi, Halimun.
Kegiatan ini dibuka oleh Septian Wijaya selaku MC pada hari itu dengan Basmallah.
PKMU adalah pengkaderan mahasiswa di tingkat unviersitas, sehingga mahasiswa
yang menjadi peserta PKMU dapat mengubah mindsetnya bahwa PKMU bukan seperti
pengkaderan yang ada di jurusan maupun fakultas,” kata Septian. Peserta PKMU
yang ada sekitar 90. Mereka dengan khidmat mendengarkan saat dibacakan ayat
suci Al- Quran. Lagu Indonesia Raya dan Totalitas Perjuangan tidak lupa di
kumandangkan pada kegiatan ini. Linda sebagai dirijen saat mengomandoi peserta
waktu itu sangat semangat. Hal ini berdampak ke Peserta PKMU yang menjadi
semangat dalam menyanyikannya. Kata Hidup Mahasiswa, Hidup Rakyat Indonesia pun
sempat di teriakan yang diawali oleh Linda dan diikuti oleh peserta.
Dalam kegiatan ini pun,
Aji selaku ketua pelaksana memberikan sepatah kata kepada peserta PKMU. Peserta
pun pandangan matanya semua tertuju pada aji. PKMU adalah tingkat pengkaderan
mahasiswa di tingkat universitas, di PKMU kita akan menjalankan salah satu dari
Tri Dharma Perguruan Tinggi. Peserta pun lebih banyak mengaplikasikan ide – ide
jeniusnya ke masyarakat untuk mengabdi kepada masyarakat. Eksplore diri kalian
di rangkaian kegiatan PKMU. Pengkaderan ini benar – benar berbeda dengan
pengkaderan yang ada di jurusan dan fakultas. Kita lebih banyak terjun ke
masyarakat dan mengabdi ke masyarakat. Mindset kalian harus benar – benar
diubah ketika sudah berada di PKMU,” kata Aji.
Materi pertama diawalai
oleh Bang Defrizal. Bang Defrizal yang disapa bang Def ini
menyampaikan materi tentang manajemen isu. Bang Def di moderatori oleh Randy,
mahasiswa Fakultas Ekonomi UNJ. Beliau banyak bercerita tentang masa lalunya
saat dikampus UNJ yang pernah menduduki jabatan penting di suatu organisasi,
baik sekretaris di BEM FIK, staf dan kadept sosial politik ( sospol ) di BEM
UNJ, serta ketua umum BEM UNJ. Pada
materi ini dibahas tentang bagaimana kita mulai mengatur masalah dimana semua
pasti manusia pasti punya masalah, baik masalah pribadi ataupun masalah umum
yang mungkin secara tersirat membuat masalah dalam hidupnya. Masalah umum dalam
hal ini bisa hanya gosip ataupun fakta. Masalah umum biasanya hanya sebuah isu,
dimana isu tersebut diciptakan untuk menutupi masalah yang lebih besar. Isu, dalam
kehidupan bernegara erat kaitannya dengan kebijakan publik yang dibuat oleh
pemerintah. Isu tersebut digunakan untuk menutupi masalah yang lebih besar,
dimana media dalam hal berperan penting terhadap isu tersebut. Media dalam hal
ini sebagai candu bagi masyarakat, dimana merubah mainset kita dari satu hal menuju hal yang lain.
“Isu sebagai salah satu
hal yang kecil, tidak bisa diabaikan begitu saja. Sebagai Mahasiswa, kita harus
suarakan dengan lantang, karena banyak orang yang akhirnya menggantungkan
harapannya pada kita. Malu atau takut bukan lah pilihan bagi kita. “ Bang
Defrizal berkata dengan lantang. Menanggapi media sebagai salah satu pengendali
mainset kita, diharapkan kita sebagai
penikmat media alangkah baiknya mengidentifikasi secara komperhensif berita
yang ditampilkan, jangan lah reaksioner terhadap apa yang disajikan. Berpikir
tenang menjadi salah satu solusi bagi kita untuk sekira menanggapi sebaga
bentuk informasi yang terpapar oleh media.
Isu yang telah
diidentifikasi secara komperhensif dapat dijadikan arah gerak bagi kita untuk
melakukan aksi. Dimana saat diidentifikasi isu tersebut haruslah terpapar
peluang, potensi, dan reduksi dari isu tersebut. Sebagai contoh sebuah isu, 1
Maret 1949 dalam dunia kemiliteran terngiang nama Soeharto sebagai seorang
pemimpin, namun pada kenyataannya Jendral Besar Soedirman lah yang menjadi
panglima tertinggi. Lalu, contoh berikutnya adalah isu Belanda yang akhirnya
membuat isu kalau Indonesia sudah tiada, karena terjadi vacuum of power (kekosongan kekuasaan). Kecerdikan Jendral Besar
Soedirman untuk menghadapi isu tersebut, melalui perang geriliya non- sistemik dimana
dengan gerakan ini terbangun opini
publik dengan bantuan radio yang tetap menyiarkan ke seluuh dunia gerakan ini
berhasil dan membuat dunia tahu akan berita bahwa Indonesia tetap ada melalui
perang geriliya tersebut sebaga bukti. Hal tersebut menjadi sebuah bukti nyata
terkait manajemen isu dan penggunaan media secara tepat yang membuat
negara-negara lain terinspirasi untuk bangkit karena Indonesia dapat melakukan
hal tersebut.
Manajemen isu bukanlah
hal yang dapat diurus oleh satu dua orang namun ini menjadi salah satu hal yang
dapat dikerjakan bersama-sama. Media yang kita harapkan sebagai salah satu social control ternyata sudah “terbayar”
, maka dari itu yang hanya bisa dimaksimalkan ialah media sosial. Dimana
sebagai agent of change kita dapat
memilah isu yang valid atau tidak. Dengan
17
April 2015
·
Materi : Rekayasa Sosial
Oleh : Adam Ihram
Memasuki
materi kedua yang disampaikan oleh Bang Adam Ihram, yang biasa disapa Bang Ada,
tentang rekayasa sosial dan dimoderatori oleh khariz, mahasiswa Fakultas
Ekonomi UNJ. Pada materi ini dibahas
tentang bagaimana kita memanipulasi suatu keadaan yang biasa dikenal dengan
rekayasa sosial. Mahasiswa Universitas Negeri Jakarta, dapat disematkan sebagai
kiblat pergerakan yang sesungguhnya. Dalam hal ini, beberapa pergerakan UNJ
dapat dikatakan yang terbaik. Dikarenakan, UNJ selalu fokus kepada pergerakan
yang komperhensif., berhasil memanajemen isu dan malakukan rekayasa sosial.
Rekayasa sosial, berasala dari kata rekayasa yang memiliki pengertian menipu
secara halus dan sosial adalah suatu keadaan nyata yang ada dikehidupan
masyarakat. Dapat disimpulkan bahwa rekayasa sosial ialah, kesan yang
ditimbulkan untuk mempengaruhi lingkungan sekitar agar dapat mengikuti apa yang
kita telah rencanakan.
Contoh nyata dalam hal
ini bisa ditemukan pada kasus perang Amerika dengan Vietman, dimana media
menytakan Amerika yang memberikan kemenangan, dalam kenyatannya bahwa Vietnam
lah yang menang, hal ini dilakukan untuk mempengaruhi khalayak umum bahwa
Amerika tidak dapat sikalahkan sehiingga ditakuti. Rekayasa sosial mempunyai
langlah-langkah yang sistematis, tidak mungkin rekayasa sosial mudah dilakukan
dan berlangsung dengan cepat, terkadang kita sebagai maohasiswa terlalu cepat
mengambil kesimpulan sehingga tujuan utama dari merekayasa sosial tidak
didapatkan.”Ketika kita tidak tahu yang mana yang sebenarnya, kita tidak akan
tahu jikalau kita sebenarnya telah direkayasa.” , Bang Adam menekankan. Mengetahui kebenaran adalah satu hal yang
harus kita dapatkan untuk menjawab kegiatan rekaya tersebut. Kemampuan untuk
melakukan rekaya adalah suatu hal yang dapat dimiliki oleh semua orang.
Adapun sarama untuk
melakukan rekayasa ialah, dapat perorangan, seorang tokoh, atau figure teladan.
Kelompok atau kominitas baik didunia nyata atau dunia maya, dalam hal ini media
sosial. Media cetak dan elektronik adalah bagian dari sarana. Adapun dampak
dari rekayasa sosial ialah tertutupnya kebenaran, krisis kepercayaan, kecuigaan
berlebih, menutupi informasi, tercapai tujuan jangka pendek
Kegiatan PKMU pun berakhir
pada pukul 17.45 dan kegiatan di tutup dengan bacaan hamdallah dan do’a. Mc pun
menutup kegiatan dan peserta dibubarkan. Teriakan hidup mahasiswa, hidup rakyat
Indonesia sebagai akhir kegiatan ini.
-Elnoordiansyah-