[ CHAT ] />

Minggu, 17 Mei 2015

PKMU 3 - Pengabdian Masyarakat untuk Leading the Change



RESUME
PELATIHAN KEPEMIMPINAN MAHASISWA
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2015

PKMU 3 2015 – LEADING THE CHANGE

Jakarta – Departemen Dalam Negeri ( Dagri ) merupakan salah satu departemen BEM UNJ pada hari sabtu (9/5) mengadakan PKMU 3 yang berlokasi di Kampung Sawah RT 01 RW 06, Penas Kalimalang , Jakarta Timur . PKMU 3 ini mengusung kegiatan pengabdian masyarakat. Hal ini dilakukan sebagai wujud mahasiswa yang melaksanakan Tri Darma Perguruan Tinggi, yakni Pengabdian Masyarakat.
Kegiatan PKMU 3 ini dimulai dengan melakukan analisis kebutuhan masyarakat. Sepuluh kelompok diharuskan mengecek dan menganalisis keadaan kampong dengan metode mengamati dan bertanya kepada warga sekitar. Melalui musyawarah menghasilkan beberapa hal yang ingin dilakukan di Kp.sawah diantaranya pembangunan aula, perbaikan MCK, perbaikan mushola, mendidik anak kampung sawah melakukan penghjiauan, serta membuat taman baca. Beberapa targetan tersebut harus dapat dicapai dalam jangka waktu seminggu.
Seminggu setelah pembukaan, Sabtu, 16/5, beberapa targetan yang diusulkan mahasiswa alhamdulillah tercapai. Penutupan PKMU ketiga dilakukan mulai pukul 09.00 wib dan diawali dengan do’a. Penampilan pentas seni oleh anak – anak kampung sawah mewarnai kegiatan ini. Sebelumnya anak – anak ini di latih oleh mahasiswa perempuannya,. Penampilan yang memukau ini menambah kecerian warga yang merasakan dapak perubahan dari adanya PKMU 3 kali ini. Bapak dan Ibu sangat antusias untuk melihat anak – anaknya dalam penas seni. Tarian – tarian tradisional yang dibawakan oleh anak – anak.
Sore hari,  pukul 16.00 wib, kegiatan peresmian aula dilaksanakan. Aji Handoyo selaku ketua pelaksana menyampaikan rasa syukur dan refleksi bagi kami kalau pengabdian masyarakat adalah tujuan utama Mahasiswa karena secara pembiayaan dibiayai oleh rakyat. Sambutan dari  ketua BEM UNJ yaitu Ronny Setiawan. Kegiatan PKMU tahun ini berbeda dengan sebelumnya. Sebelumnya diadakan diluar kota, tetapi kita sepakati untuk mengabdi di kota jakarta karena masih ad ayang membutuhkan mahasiswa UNJ di Jakarta, ujar Ronny. Pak Sutin selaku Ketua RT 01 menyampaikam betapa bahagianya memiliki adik – adik mahasiswa yang masih peduli dengan kondisi daerah ini, kami mengucapakan terima kasih kepada kalian.
15 Menit setelahnya  16.15 wib, wakil rektor bidang III yaitu Dr. Sofyan Hanif, M.Pd hadir dan beliau menyampaikan sepatah kata dan meresmikan aula yang telah dibangun oleh mahasiswa dan warga sekitar. Kegiatan PKMU ini merupakan kegiatan lanjutan yang sebelumnya ada di kerawang. Ini merupakan kegiatan yang baik dan mahasiswa memberikan aksi nyatanya untuk membangun bangsa dan negara.
Kegiatan PKMU ditutup dengan sebuah do’a dan mahasiswa maupun warga sekitar menikmati hidangan yang telah disajikan. Setelah itu, mahasiswa dan warga mengadakan isra miraj’ di mushola Al – Ikhlas.  PKMU 3 Memberikan refleksi jati diri mahasiswa sesungguhnya, dari rakyat untuk rakyat. Inilah Mahasiswa Sejati.

-Elnoordiansyah-

Jumat, 08 Mei 2015

Totalitas Tanpa Batas

Jakarta – Departemen Sosial Politik ( Sospol)  merupakan salah satu departemen BEM UNJ pada hari Jumat (8/5) Bersama BEM Se-Jabodetabek dan Banten  Menyelenggarakan Wisata ke Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Ratusan mahasiswa yang tergabung dalam aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa se-Jabodetabek dan Banten (BEM BSJB) menggelar wisata di depan gedung Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Mahasiswa yang berasal dari berbagai kampus di Jabodetabek dan Banten tersebut, yang didiikuti oleh  dari Universitas Negeri Jakarta, Politeknik Negeri Jakata, STEI SEBI, Institus Pertanian Bogor, Universitas Pakuan, Polimedia Jakarta, dan Universitas Esa Unggul. Ratusan mahasiswa yang hadir melaksanakan aksinya selepas shalat Jumat yakni, sekitar pukul 13.00 WIB
Aksi yang dilakukan merupakan aksi  memperingati Hari Pendidikan Nasional (HARDIKNAS) yang jatuh pada tanggal dua Mei, namun mereka menegaskan bahwa aksi tersebut adalah aksi yang dilakukan memperingati bulan bangkit pendidikan, yakni bulan Mei. Dalam tuntutannya kepada Menteri Pedidikan dan Kebudayaan. Mereka menegaskan lima hal tuntutan, diantaranya: Menegaskan kurikulum nasional, peninjauan kembali pelaksanaa ujian nasional sesuai dengan konstitusi (UU Sisdiknas pasal 58 ayat 1 dan 2), menyejahterakan guru teerutama yang didistribusikan ke daerah, dan reformasi pendidikan moral bangsa, serta menghentikan liberasasi dan komersialisasi pendidikan. Tuntutan tersebut merupaka hasil dari kajian yang dilakuka oleh para mahasisa yang tergabung dalam aliansi BEM BSJB.
Dalam aksinya belasan orang menyampaikan orasi-orasi ilmiahnya terkait dengan dunia pendidikan saat ini, dimana dalam bahasannya mereka menekankan peran pemerintah dalam lima tuntutan yang diutarakan. Ratusan mahasiswa yang mengadakan aksi mencoba untuk mengadakan audiensi dengan para pimpinan yang ada di kememdikbud. Sayup semangat tergambar dari seruan membara para orator. Dan Lantangan suara,  Hidup Mahasiswa! Hidup Rakyat Indonesia! Dan Hidup Pendidikan Indonesia setia menjadi suara yang selalu terdengar dalam aksi yang dilakukan ratusan mahasiswa tersebut
Aksi ini di tampilkan teatrikal yang menggambarkan kondisi pendidikan di Indonesia. Tertrikal tersebut dibawakan oleh mahasiswa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Jakarta. Dalam teatrkalnya ditegaskan bahwa pemimpin yang seharusnya menjadi teladan, pada kenyataannya tidak dapat dicontoh akibat perilaku yang kurang baik, seperti korupsi dan tindakan amoral .Aksi yang dilkukan mahasiswa ini tergolong aksi yang damai walaupun sempat memblokir jalan pengguna jalan Jenderal Sudirman selama beberapa menit, namun kondisi masih terkendali bahkan banyak pengemudi sepeda motor yang meneriakkan dukungan terhadap mahasiswa.
Saat masa aksi melaksanakan penyeruan pendapatnya di depan Kemendikbud, Presma (Presiden mahasiswa) dan ketua BEM dari perwakilan masing-masing universitas melakukan diplomasi politik ke dalam kantor Kemendikbud. Awalnya, usaha audiensi yang dilakukan oleh Presma dan Ketua BEM tersebut tidak mendapat sambutan yang baik dari pihak kementrian, hal ini ditandai oleh tak kunjung datangnya pihak kementrian yang menmbuat masa aksi kecewa. Namun, usaha yang tidak pernah menyerah akhirnya terjawab. Sekitar pukul 16.30 WIB pihak dari Kemendikbud yang diwakili oleh Ibu Tifa selaku Humas dari Kemendikbud, keluar untuk bertemu dengan mahasiswa. Dalam penyampaiannya bu Tifa menjelaskan bahwa Pak Menteri (Anis Baswedan) tidak dapat menemui mahasiswa karena sedang tidak ada di kantor karena sedang berada di Gunung Sahari untuk rapat. Dalam penjelasannya Bu Tifa juga memberitahu mahasiswa bahwa pihak Kemendikbud siap jika mahasiswa ingin berdiskusi dengan Pak Menteri. Bu tifa menegaskan bahwa pak menteri dalam bulan Mei mengalami banyak kendala bertemu namun beliau menyampaikan bahwa akhir Mei akan diusahakan audiensi dengan pihak Pak Menteri (Anis Baswedan) melalui mekanime komunikasi dengan Ketua BEM UNJ Ka Ronny Setiawan.
Diujung aksi pada hari ini , tersaji orasi ilmiah dari Presma dan Ketua BEM dari masing-masing universitas dengan membuat pernyataan sikap terkait aksi pada hari ini dimana membuat semangat masa aksi kembali menggelora karena perjuangan yang tak menyerah. Pernyataan sikap dari BEM BSJB yang disampaikan oleh Ronny Setiawan selaku Koorwil BEM BSJB mengakhiri aksi masa sore ini . Sekitar pukul 17.30 masa aksi membubarkan diri dengan tertib.
-Elnoordiansyah-

Minggu, 19 April 2015

PKMU 1 2015 – LEADING THE CHANGE



RESUME
PELATIHAN KEPEMIMPINAN MAHASISWA
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2015

PKMU 1 2015 – LEADING THE CHANGE

Jakarta – Departemen Dalam Negeri ( Dagri ) merupakan salah satu departemen BEM UNJ pada hari jum’at (17/4) mengadakan PKMU 1 yang bertempat di Kampus D Psikologi, Halimun. Kegiatan ini dibuka oleh Septian Wijaya selaku MC pada hari itu dengan Basmallah. PKMU adalah pengkaderan mahasiswa di tingkat unviersitas, sehingga mahasiswa yang menjadi peserta PKMU dapat mengubah mindsetnya bahwa PKMU bukan seperti pengkaderan yang ada di jurusan maupun fakultas,” kata Septian. Peserta PKMU yang ada sekitar 90. Mereka dengan khidmat mendengarkan saat dibacakan ayat suci Al- Quran. Lagu Indonesia Raya dan Totalitas Perjuangan tidak lupa di kumandangkan pada kegiatan ini. Linda sebagai dirijen saat mengomandoi peserta waktu itu sangat semangat. Hal ini berdampak ke Peserta PKMU yang menjadi semangat dalam menyanyikannya. Kata Hidup Mahasiswa, Hidup Rakyat Indonesia pun sempat di teriakan yang diawali oleh Linda dan diikuti oleh peserta.
Dalam kegiatan ini pun, Aji selaku ketua pelaksana memberikan sepatah kata kepada peserta PKMU. Peserta pun pandangan matanya semua tertuju pada aji. PKMU adalah tingkat pengkaderan mahasiswa di tingkat universitas, di PKMU kita akan menjalankan salah satu dari Tri Dharma Perguruan Tinggi. Peserta pun lebih banyak mengaplikasikan ide – ide jeniusnya ke masyarakat untuk mengabdi kepada masyarakat. Eksplore diri kalian di rangkaian kegiatan PKMU. Pengkaderan ini benar – benar berbeda dengan pengkaderan yang ada di jurusan dan fakultas. Kita lebih banyak terjun ke masyarakat dan mengabdi ke masyarakat. Mindset kalian harus benar – benar diubah ketika sudah berada di PKMU,” kata Aji.
Materi pertama diawalai oleh Bang Defrizal. Bang Defrizal yang disapa bang Def ini menyampaikan materi tentang manajemen isu. Bang Def di moderatori oleh Randy, mahasiswa Fakultas Ekonomi UNJ. Beliau banyak bercerita tentang masa lalunya saat dikampus UNJ yang pernah menduduki jabatan penting di suatu organisasi, baik sekretaris di BEM FIK, staf dan kadept sosial politik ( sospol ) di BEM UNJ, serta ketua umum BEM UNJ.  Pada materi ini dibahas tentang bagaimana kita mulai mengatur masalah dimana semua pasti manusia pasti punya masalah, baik masalah pribadi ataupun masalah umum yang mungkin secara tersirat membuat masalah dalam hidupnya. Masalah umum dalam hal ini bisa hanya gosip ataupun fakta. Masalah umum biasanya hanya sebuah isu, dimana isu tersebut diciptakan untuk menutupi masalah yang lebih besar. Isu, dalam kehidupan bernegara erat kaitannya dengan kebijakan publik yang dibuat oleh pemerintah. Isu tersebut digunakan untuk menutupi masalah yang lebih besar, dimana media dalam hal berperan penting terhadap isu tersebut. Media dalam hal ini sebagai candu bagi masyarakat, dimana merubah mainset kita dari satu hal menuju hal yang lain.
“Isu sebagai salah satu hal yang kecil, tidak bisa diabaikan begitu saja. Sebagai Mahasiswa, kita harus suarakan dengan lantang, karena banyak orang yang akhirnya menggantungkan harapannya pada kita. Malu atau takut bukan lah pilihan bagi kita. “ Bang Defrizal berkata dengan lantang. Menanggapi media sebagai salah satu pengendali mainset kita, diharapkan kita sebagai penikmat media alangkah baiknya mengidentifikasi secara komperhensif berita yang ditampilkan, jangan lah reaksioner terhadap apa yang disajikan. Berpikir tenang menjadi salah satu solusi bagi kita untuk sekira menanggapi sebaga bentuk informasi yang terpapar oleh media.
Isu yang telah diidentifikasi secara komperhensif dapat dijadikan arah gerak bagi kita untuk melakukan aksi. Dimana saat diidentifikasi isu tersebut haruslah terpapar peluang, potensi, dan reduksi dari isu tersebut. Sebagai contoh sebuah isu, 1 Maret 1949 dalam dunia kemiliteran terngiang nama Soeharto sebagai seorang pemimpin, namun pada kenyataannya Jendral Besar Soedirman lah yang menjadi panglima tertinggi. Lalu, contoh berikutnya adalah isu Belanda yang akhirnya membuat isu kalau Indonesia sudah tiada, karena terjadi vacuum of power (kekosongan kekuasaan). Kecerdikan Jendral Besar Soedirman untuk menghadapi isu tersebut, melalui perang geriliya non- sistemik dimana dengan gerakan  ini terbangun opini publik dengan bantuan radio yang tetap menyiarkan ke seluuh dunia gerakan ini berhasil dan membuat dunia tahu akan berita bahwa Indonesia tetap ada melalui perang geriliya tersebut sebaga bukti. Hal tersebut menjadi sebuah bukti nyata terkait manajemen isu dan penggunaan media secara tepat yang membuat negara-negara lain terinspirasi untuk bangkit karena Indonesia dapat melakukan hal tersebut.
Manajemen isu bukanlah hal yang dapat diurus oleh satu dua orang namun ini menjadi salah satu hal yang dapat dikerjakan bersama-sama. Media yang kita harapkan sebagai salah satu social control ternyata sudah “terbayar” , maka dari itu yang hanya bisa dimaksimalkan ialah media sosial. Dimana sebagai agent of change kita dapat memilah isu yang valid atau tidak. Dengan
17 April 2015

·         Materi : Rekayasa Sosial
Oleh    : Adam Ihram

Memasuki materi kedua yang disampaikan oleh Bang Adam Ihram, yang biasa disapa Bang Ada, tentang rekayasa sosial dan dimoderatori oleh khariz, mahasiswa Fakultas Ekonomi UNJ.  Pada materi ini dibahas tentang bagaimana kita memanipulasi suatu keadaan yang biasa dikenal dengan rekayasa sosial. Mahasiswa Universitas Negeri Jakarta, dapat disematkan sebagai kiblat pergerakan yang sesungguhnya. Dalam hal ini, beberapa pergerakan UNJ dapat dikatakan yang terbaik. Dikarenakan, UNJ selalu fokus kepada pergerakan yang komperhensif., berhasil memanajemen isu dan malakukan rekayasa sosial. Rekayasa sosial, berasala dari kata rekayasa yang memiliki pengertian menipu secara halus dan sosial adalah suatu keadaan nyata yang ada dikehidupan masyarakat. Dapat disimpulkan bahwa rekayasa sosial ialah, kesan yang ditimbulkan untuk mempengaruhi lingkungan sekitar agar dapat mengikuti apa yang kita telah rencanakan.
Contoh nyata dalam hal ini bisa ditemukan pada kasus perang Amerika dengan Vietman, dimana media menytakan Amerika yang memberikan kemenangan, dalam kenyatannya bahwa Vietnam lah yang menang, hal ini dilakukan untuk mempengaruhi khalayak umum bahwa Amerika tidak dapat sikalahkan sehiingga ditakuti. Rekayasa sosial mempunyai langlah-langkah yang sistematis, tidak mungkin rekayasa sosial mudah dilakukan dan berlangsung dengan cepat, terkadang kita sebagai maohasiswa terlalu cepat mengambil kesimpulan sehingga tujuan utama dari merekayasa sosial tidak didapatkan.”Ketika kita tidak tahu yang mana yang sebenarnya, kita tidak akan tahu jikalau kita sebenarnya telah direkayasa.” , Bang Adam menekankan.  Mengetahui kebenaran adalah satu hal yang harus kita dapatkan untuk menjawab kegiatan rekaya tersebut. Kemampuan untuk melakukan rekaya adalah suatu hal yang dapat dimiliki oleh semua orang.
Adapun sarama untuk melakukan rekayasa ialah, dapat perorangan, seorang tokoh, atau figure teladan. Kelompok atau kominitas baik didunia nyata atau dunia maya, dalam hal ini media sosial. Media cetak dan elektronik adalah bagian dari sarana. Adapun dampak dari rekayasa sosial ialah tertutupnya kebenaran, krisis kepercayaan, kecuigaan berlebih, menutupi informasi, tercapai tujuan jangka pendek
Kegiatan PKMU pun berakhir pada pukul 17.45 dan kegiatan di tutup dengan bacaan hamdallah dan do’a. Mc pun menutup kegiatan dan peserta dibubarkan. Teriakan hidup mahasiswa, hidup rakyat Indonesia sebagai akhir kegiatan ini.
-Elnoordiansyah-